Facebook

ads

Titulo

GERHANA MATAHARI TOTAL

 Gerhana Matahari (Liputan6.com)

Gerhana matahari total akan terjadi 9 Maret mendatang di Indonesia.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Padang Panjang, Sumatea Barat (Sumbar) mengingatkan masyarakat untuk tidak mengamati gerhana matahari total yang akan terjadi pada 9 Maret 2016 dengan mata telanjang.

Seperti dikutip dari Kantor Berita Antara, Sabtu (27/2/2016), Kepala Stasiun Geofisika kelas I BMKG Padang Panjang Rahmat Triyono, mengatakan paparan cahaya matahari saat fenomena alam GMT
bisa merusak retina.

“Paparan cahaya matahari dengan intensitas tinggi akan menembus mata dan merusak lapisan retina mata yang berisi syaraf sensitif,” kata Rahmat Triyono.

Menurutnya retina mata tidak memiliki sensor sakit sehingga saat menatap langsung seseorang cenderung mengabaikan dan tidak menyadari mata sedang berada dalam keadaan bahaya.


'Kerusakan pada retina akan berupa penglihatan kabur yang dapat dialami selama beberapa jam sampai  kerusakan permanen hingga kebutaan', ujarnya.

Oleh sebab itu cara yang paling aman mengamati gerhana matahari total dengan menggunakan alat yang telah dilengkapi oleh filter khusus. “Kaca mata hitam biasa, film foto, film rontgen bukan alat yang aman digunakan untuk melihat matahari,” kata dia.

Rahmat menambahkan pihaknya telah menyiapkan fasilitas siaran langsung melalui jaringan Internet yang menayangkan peristiwa fenomena alam gerhana matahari total.

“Masyarakat dapat mengamati detik-detik terjadinya fenomena alam gerhana matahari mulai pukul 6.30 WIB dengan mengakses situ http://media.bmkg.go.id/gmt,” ujarnya.

Menurut dia fasilitas siaran langsung disediakan agar masyarakat dapat melihat proses terjadinya fenomena alam gerhana matahari total tanpa harus melihat langsung ke arah sang surya.
Kami akan melakukan pengamatan secara langsung di Muko Muko, Bengkulu menggunakan teropong khusus pengamatan bulan dan matahari, infocus dan layar, ujar dia.

Ia menyampaikan fenomena alam gerhana matahari total merupakan kejadian langka dan hanya terjadi sekali 350 tahun dan Indonesia adalah satu-satunya wilayah daratan di dunia yang bisa menyaksikan gerhana kali ini, wilayah lainnya adalah lautan Hindia dan Pasifik.

Fenomena alam gerhana matahari total akan melintasi 12 provinsi yaitu Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatra Selatan, Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.

Untuk Sumbar ada dua daerah yang dilewati jalur fenomena alam gerhana matahari total, yaitu Desa Seai, Sikakap Kepulauan Mentawai dengan magnitudo gerhana sebesar 1,012 dan Silaut, Pesisir Selatan, dengan magnitudo sebesar 1,002, lanjutnya.

Ia mengatakan secara umum, puncak fenomena alam gerhana matahari total di Sumbar akan terjadi pada pukul 07.20 WIB dan gerhana akan berakhir pada pukul 08.27 WIB.

Durasi fenomena alam gerhana matahari total yang teramati di Sumbar rata-rata adalah 2 jam 6 menit. Namun, dalam realisasinya durasi gerhana yang akan teramati di setiap kota akan kurang dari waktu tersebut. Hal ini mengingat waktu kontak awal gerhana terjadi sebelum matahari terbit, lanjut dia.

Sementara Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita), Asnawi Bahar, mendorong pemerintah daerah yang dilalui fenomena alam gerhana matahari total, menjadikan peristiwa tersebut sebagai momen menggelar ajang pariwisata.

Apalagi peristiwa tersebut langka, ini bisa jadi peluang pemerintah Kabupaten Mentawai dan Pesisir Selatan menggelar event khusus agar wisatawan berkunjung menikmati gerhana matahari total, ujar dia.

Selain itu, GMT 2016 kali ini mempunyai jalur perlintasan yang akan melewati hampir seluruh wilayah NKRI. Peristiwa inilah yang pertama kali terjadi sepanjang Indonesia merdeka.
“GMT tahun ini, keseluruhan lintasan Gerhana matahari total melalui keseluruhan daratan negara kita Indonesia,” kata, Koordinator Kegiatan Himpunan Astronom Amatir Jakarta, Nurdiansyah, dilansir Okezone, Kamis (25/2/2016).

Meski gerhana matahari kali ini bertipe total, namun bumi tidak akan terlalu sejajar dengan bulan. “Jadi sebenarnya garis bidang bumi dengan bulan tidak sejajar, melainkan condong lima derajat,” tutupnya.

Tidak ada komentar

Recent Posts

Diberdayakan oleh Blogger.